Sabtu, 11 Juni 2011

Pasar Emisi Karbon dan Menjadi Netral Karbon

Secara sederhana, siklus karbon di atmosfer Bumi terdiri dari dua buah reaksi:
  • Senyawa karbon + oksigen -> karbondioksida + energi. Ini terjadi misalnya pada pernafasan makhluk hidup atau hampir segala hal yang berhubungan dengan pembakaran.
  • Karbondioksida + energi -> senyawa karbon + oksigen. Ini terjadi pada tanaman di siang hari, tanaman menangkap karbon dari atmosfer dan mengubahnya menjadi karbohidrat.
Sebelumnya ini adalah reaksi yang bersifat ekuilibrium. Karena kedua reaksi tersebut seimbang, maka kuantitas karbondioksida di atmosfer relatif konstan. Masalah baru timbul setelah revolusi industri dimana penggunaan bahan bakar fosil (batu bara, minyak bumi, gas alam) semakin meluas. Penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan bermilyar-milyar ton senyawa karbon yang sebelumnya tersimpan selama jutaan tahun di perut bumi dilepaskan ke atmosfer. Akibatnya konsentrasi karbondioksida di atmosfer semakin bertambah, dan inilah yang menyebabkan temperatur bumi semakin meningkat.

Untuk mengatasi hal ini, negara-negara yang tergabung dalam United Nations Framework Convention on Climate Change merancang yang dinamakan Protokol Kyoto. Salah satu yang diatur oleh protokol ini adalah kuota emisi. Setiap negara maju yang tergabung dalam Protokol Kyoto memiliki batasan jumlah maksimum karbondioksida yang diperbolehkan dibuang ke atmosfer. Negara-negara maju yang memiliki kebutuhan emisi yang lebih tinggi daripada kuota tersebut dapat memperbesar kuota dengan cara:
  • Mengerjakan proyek untuk mengurangi emisi pada negara-negara berkembang,
  • Membeli kuota tambahan dari negara maju lain; atau
  • Membeli kuota tambahan dari pasar emisi.
Sebagai contoh, Belanda mengerjakan proyek untuk mengurangi emisi di Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kuota emisi negara tersebut.
Walaupun penerapan kuota ini dilakukan per negara, tetapi pada praktiknya setiap negara akan membagi-bagi jatah mereka kepada masing-masing industri di dalam negara tersebut. Akibatnya, bisa jadi perusahaan pembangkit listrik atau pabrik mobil memiliki kuota masing-masing. Entitas-entitas ini nantinya akan dapat melakukan transaksi kuota emisi sesuai kebutuhan masing-masing pada pasar emisi. Salah satu pasar emisi yang dimaksud adalah European Climate Exchange. Ini adalah pasar komoditas dimana berbagai pihak dapat melakukan jual beli kuota emisi karbon.
Walaupun Amerika Serikat masih saja menolak untuk meratifikasi Protokol Kyoto, beberapa negara bagiannya membuat Regional Greenhouse Gas Initiative, sebuah perjanjian yang mirip dengan Protokol Kyoto, tetapi pada tingkat negara bagian. Salah satu pasarnya adalah Chicago Climate Exchange yang mewakili paling tidak sekitar 4% dari total emisi gas rumah kaca di Amerika Serikat. Selain itu sejak 1990, Amerika Serikat menerapkan Clean Air Act, yaitu sistem yang mirip tetapi untuk gas belerang oksida.
Dengan adanya pasar-pasar ini, pihak-pihak dapat melakukan transaksi jual b el i kuota emisi karbon dan gas rumah kaca lainnya sebagaimana jual beli komoditas lainnya. Pihak yang memerlukan kuota tambahan dapat membelinya, dan yang memiliki kuota yang menganggur dapat menjualnya. Saat ini, dua pasar emisi terbesar tersebut belum tersambung, akibatnya perbedaan harga terlihat sangat mencolok. Walaupun demikian seharusnya tidak ada hambatan yang berarti di masa yang akan datang bagi kedua pasar ini dan pasar-pasar emisi lainnya untuk dapat bergabung, atau dengan kata lain emisi yang dibeli pada satu pasar dapat dijual pada pasar emisi yang lain.
Bagaimana skema seperti ini dapat meringankan dampak emisi pada lingkungan? Melalui kerangka ini, pihak-pihak yang pro lingkungan dapat membeli kuota emisi dan membuangnya. Sebagai contoh, Acme Corporation memiliki kuota emisi sebesar 1000 ton karbondioksida per tahun. Artinya, Acme Corporation hanya diperbolehkan untuk membuang karbondioksida ke atmosfer maksimal sebanyak 1000 ton setiap tahunnya. Jika ada pihak yang membeli kuota sebesar 100 ton dari Acme, maka kuota Acme menjadi 900 ton dan kini dia hanya diperbolehkan untuk membuang karbondioksida maksimal sebanyak 900 ton/tahun.
Bagaimana jika yang membeli adalah agen pro lingkungan? Dia akan membeli tetapi tidak menggunakan kuota yang dibeli. Akibatnya emisi karbondioksida ke atmosfer bumi berkurang sebesar 100 ton/tahun. Ini adalah kompromi yang adil bagi kedua pihak. Di satu sisi kaum pro lingkungan berhasil mencapai tujuannya untuk menurunkan emisi karbondioksida. Sedangkan di sisi lain industri mendapatkan dana yang dapat digunakan misalnya untuk beradaptasi dengan menggunakan teknologi yang lebih ramah lingkungan.
Tentunya itu kondisi idealnya. Masalah utamanya, baru sedikit industri dan negara yang melakukannya. Tetapi ini adalah permulaan yang baik. Dengan semakin tingginya kesadaran lingkungan, diharapkan makin banyak pihak yang bergabung dengan sistem seperti ini.
Apa efeknya bagi individu seperti kita? Pasar emisi adalah peluang yang baik bagi individu seperti kita untuk dengan mudah menjadi netral karbon . Seperti kita ketahui, aktivitas kita akan melepaskan sejumlah karbon ke atmosfer. Menyalakan lampu, bepergian, menggunakan komputer semuanya akan melepaskan karbon ke atmosfer. Untuk menjadi netral karbon , kita dapat menghitung emisi karbondioksida akibat aktivitas kita, dan kemudian melakukan aktivitas untuk menyerap karbon sebanyak yang telah kita buang tersebut. Bentuk paling tradisional untuk menyerap karbon adalah dengan menanam pohon, tetapi ini akan sangat sulit misalnya karena keterbatasan lahan.
Aktivitas yang mulai populer adalah dengan melakukan pembayaran ke penyedia layanan netral karbon sesuai dengan jumlah karbondioksida yang kita buang. Nantinya mereka yang akan melakukan aktivitas penyerapan karbon untuk kita. Akibatnya, emisi karbondioksida akibat aktivitas kita sehari-hari akan diimbangi oleh usaha penyerapan karbon dari atmosfer yang dilakukan oleh penyedia layanan netral karbon ini. Cara-cara yang dilakukan oleh penyedia layanan netral karbon ini adalah dengan melakukan penghijauan hutan, melakukan investasi pada jenis sumber energi yang ramah lingkungan, dan kini mereka dapat memborong kuota emisi melalui pasar emisi. Dengan menjadi netral karbon , aktivitas yang kita lakukan tidak akan menambah jumlah karbondioksida di atmosfer.
Setelah An Inconvenient Truth , lawan-lawan politik Al Gore dengan cepat menunjukkan fakta bahwa Al Gore memiliki kontribusi besar pada pemanasan global karena sering bepergian dengan menggunakan pesawat. Te tapi kenyataannya, Al Gore mengkompensasi emisi karbondioksid a dari aktivitas nya ini dengan menggunakan layanan netral karbon . Nantinya penyedia layanan netral karbon ini yang akan menangkap karbon sejumlah yang dibuang akibat aktivitas tersebut. Dengan demikian, aktivitas Al Gore untuk mempromosikan gerakan pro lingkungan praktis tidak menambah jumlah karbon di atmosfer.
Contoh-contoh penyedia layanan netral karbon adalah Carbon Funds di Amerika Serikat, Climate Friendly di Australia atau Carbon Clear di Kerajaan Bersatu. Masih banyak lagi penyedia layanan netral karbon di Internet, salah satu daftarnya dapat dilihat di Ecobusinesslink.com.
Semua penyedia layanan netral karbon ini memiliki kalkulator yang dapat digunakan untuk menghitung emisi karbon dari aktivitas seperti penggunaan listrik, mengendarai mobil atau bepergian dengan pesawat. Tetapi harus diperhatikan juga bahwa bisa saja asumsi yang digunakan oleh kalkulator-kalkulator ini berbeda dengan kondisi di Indonesia.
Pertanyaannya, apa ada penyedia layanan netral karbon di Indonesia? Daripada menanam pohon pinus di Taman Nasional Gallatin, Montana, US, saya lebih suka uang saya digunakan untuk menanam pohon jati di Kalimantan Selatan.

EFE Apa itu?Apakah jawaban cara untuk mengurangi " Climate Change "?

EFE adalah program revolusioner JERAMI(Jejak Ramah Bumi) mengenai pendidikan tentang lingkungan dan keaneka ragaman hayati untuk anak s/d dewasa yang diadakan setiap 2 minggu sekali... Bergunakah? TENTU saja karena kami memberikan dongeng untuk anak-anak dan mengadakan workshop untuk anak-anak dan remaja...
Ini semua dilakukan untuk lebih mengkampanyekan lingkungan go green

Jumat, 03 Juni 2011

7 serangga punah akibat perubahan iklim




Dampak Perubahan Iklim terhadap pertanian

Hubungan Iklim (Suhu) dengan Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis
Resiko pertanian akibat pengaruh iklim antara lain terjadi melalui dampak kekeringan, kebasahan atau banjir, suhu tinggi, suhu rendah atau “frost”, angin, kelembaban tinggi dan lain-lain. Resiko pertanian akibat iklim tersebut terutama suhu, selain menyebabkan rendahnya hasil baik secara kuantitas maupun kualitas, juga ketidakstabilan produksi pertanian secara nasional. Faktor penyebab resiko pertanian antara lain, fluktuasi dan penyimpangan iklim, ketidaktepatan peramalan iklim, perencanaan usahatani dan pemilihan komoditas/varietas yang kurang sesuai dengan kondisi iklim.

APA YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN IKLIM?

Pada tahun 2007 Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) dan Al Gore memperoleh penghargaan Nobel Perdamaian. Penghargaan itu didapatkan atas upaya mereka untuk mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan tentang perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia sekaligus tentang upaya mendasar untuk menindaklanjuti perubahan yang tidak alami tersebut.
Hasil kajian IPCC memastikan bahwa perubahan iklim global terjadi karena atmosfer bumi dipenuhi oleh gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida dan metana, yang dihasilkan oleh manusia. Gas karbondioksida terjadi akibat proses pembakaran bahan bakar fosil dengan tujuan untuk menghasilkan energi dan juga akibat kebakaran hutan. Sementara gas metana terjadi akibat aktivitas pembuangan sampah.
GRK memiliki kemampuan untuk menangkap sinar infra merah dari sinar matahari yang direfleksikan oleh bumi. Karena itu semakin besar jumlah GRK di dalam atmosfer bumi maka bumi pun akan semakin panas. Kadar gas karbon dioksida dalam atmosfer mencapai 385 ppm pada tahun 2006, sebuah peningkatan yang luar biasa jika dibandingkan dengan data perubahan iklim selama kurun waktu 650.000 tahun terakhir, ujar Mr. Sharad.
Selama 13 tahun terakhir, dua belas tahun diantaranya tercatat sebagai tahun-tahun terpanas. Dengan akumulasi GRK yang terus berlangsung seperti saat ini, pada dua sampai tiga dekade mendatang peningkatan pemanasan global akan melampaui perhitungan yangtelah ada selama ini. IPCC memperkirakan bahwa pada tahun 2050 temperatur global akan naik 2-3 derajat celcius.
Peningkatan temperatur itu akan berdampak pada :
- Meluasnya pencairan es di kutub utara
- Meningkatnya suhu air laut, yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut
- Musim kering akan semakin kering dan musim penghujan akan lebih basah
- Meningkatnya curah hujan dan kondisi banjir
Semuanya itu akan mempengaruhi kesehatan manusia baik dari sisi semakin meningkatnya pertumbuhan hewan pembawa penyakit seperti nyamuk, juga ancaman terhadap ketersediaan air bersih, krisis pangan, dan kebersihan lingkungan. Akhirnya dampak keseluruhan adalah mengancam jiwa manusia, tandas Mr. Sharad.
Untuk itu amat penting untuk benar-benar memahami perubahan iklim tersebut. Mr, Sharad menegaskan bahwa diperlukan kesiapan semua negara dalam menghadapinya, untuk bisa beradaptasi, dan menerima bahwa akan dapat terjadi pengaruh yang lebih buruk, yang tidak diperkirakan sebelumnya

Apa yang membuat remaja panik???Humor but real!!!

1. Remaja sekarang gampang panik kalo BB-nya udh lowbat atau BBM-an nya pending mulu...hehehe...gelo sugan BB pe dibanting gt demi ga ngeheng...ckckck... Mendingan punya hp yg biasanya ja tp bs ngedkung mobilitas...tahukah kamu penyebab kanker otak adalah hp qwerty tsb dan hp touchscreen yang canggih itu
2. Remaja sekarang gampang panik kalo pacarnya itu ngilang ga ada kabar hahaha...make it the flow saja...
3. Remaja sekarang gampang panik kalau mau masuk kelas di kampus udh telat sampai jalan saja keteteran
4. Remaja sekarang kalo putus BB/hp nya dibanting kesana kesini...eh bersyukur atuh punya hp canggih diluar sana masih banyak anak/orang ga bisa makan...semakin kamu ga bersyukur semakin banyak masalah yang bikin kamu semakin sedih
5. Remaja sekarang panik kalau udah pesen makanan lama ga datang2 ke mejanya padahal baru aja 10 menit, hahaha...lain kali kalau pesen makanan itu pakai stopwatch ya ckckck...

Seharusnya kita harus panik, ketika :
1. Kamu belum pulang ketika telah malam dan disisi lain ortu kamu mencarimu
2. Kamu ditunggu sama teman tapi kamu malah ngaret sampai 2 jam
3. Kamu harus panik ketika kamu melupakan solat ketika kamu sedang berpesta dengan teman-teman

Marilah kita beraktualisasi diri...

Kamis, 02 Juni 2011

Pantai Raja Ampat


Penelitian Membuktikan Keragaman Hayati Tertinggi di Dunia
Pada tahun 2002, The Nature Conservancy (TNC) dan para mitra lainnya mengadakan suatu penelitian ilmiah untuk memperoleh data dan informasi tentang ekosistem laut, daerah bakau dan hutan Kepulauan Raja Ampat. Survei ini menunjukkan bahwa terdapat sejumlah 537 jenis karang, yang sungguh menakjubkan karena mewakili sekitar 75% jenis karang yang ada di dunia. Ditemukan pula 828 jenis ikan dan diperkirakan jumlah keseluruhan jenis ikan di daerah ini 1.074. Di darat, penelitian ini menemukan berbagai tumbuhan hutan, tumbuhan endemik dan jarang, tumbuhan di batuan kapur serta pantai peneluran ribuan penyu. Kegiatan manusia di kepulauan ini belum memperlihatkan dampak negatif yang berarti dibandingkan dengan kawasan terumbu karang di tempat lainnya di Indonesia, namun ancaman-ancaman karena praktek-praktek yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bom, racun (sianida), pengambilan telur penyu dan penebangan hutan yang tidak memperhatikan aspek-aspek kelestarian diperkirakan akan mengganggu keutuhan ekosistem yang ada.
Untuk menjawab berbagai tantangan melalui Konservasi dengan Kemitraan, The Nature Conservancy bekerja sama erat dengan pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, serta sektor swasta dengan: 1) berkontribusi dengan secara bersama membangun rencana aksi yang komprehensif bagi perlindungan hutan dan terumbu karang Raja Ampat; 2) membantu memasukkan manajemen kawasan perlindungan laut ke dalam kebijakan dan perencanaan kabupaten untuk jangka panjang; dan 3) mendukung pembentukan jejaring kawasan perlindungan laut di Raja Ampat untuk melestarikan keanekaragaman hayati serta untuk kesinambungan sumber daya ekosistem.

WHO- Kanker otak akibat radiasi seluler

Jakarta, Penelitian soal telepon seluler (ponsel) yang diduga dapat memicu kanker otak terus dilakukan. Kali ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga melakukan penelitian selama 10 tahun, yang menunjukkan tidak ada peningkatan risiko kanker pada pengguna ponsel.

Dikutip dari Reuters, Senin (17/5/2010), badan WHO yang melaksanakan riset tersebut adalah International Agency for Research on Cancer (IARC). Sekitar 13.000 pengguna ponsel dari 13 negara dilibatkan, termasuk 2.708 pengguna yang mengalami kasus tumor glioma dan 2.409 kasus tumor meningioma.

Rata-rata penggunaan ponsel pada partisipan adalah sekitar 100 jam, dengan rata-rata pemakaian tiap bulan antara 2 hingga 2,5 jam. Partisipan yang termasuk kategori paling berat menggunakan ponsel selama 1.640 jam dalam 10 tahun, setara dengan 1,5 jam sehari.

Hasil pengamatan selama 10 tahun menunjukkan, tidak ada peningkatan risiko yang nyata pada kedua jenis tumor tersebut. Meski tidak meningkat, risiko lebih tinggi memang ditemukan pada partisipan kategori paling berat.

Partisipan pada kategori tersebut memiliki risiko 40 persen lebih tinggi untuk terkena tumor glioma, dan 15 persen lebih tinggi untuk terkena tumor meningioma. Namun peneliti tidak bisa menyimpulkan adanya hubungan sebab-akibat terhadap hasil pengamatan.

"Memang tidak ada peningkatan risiko, tetapi tidak bisa disimpulkan bahwa tidak ada efek sama sekali," ungkap Elisabeth Cardis yang memimpin penelitian tersebut.

Untuk itu Cardis menyarankan adanya penelitian lebih lanjut, terutama di kalangan anak muda. Menurut Cardis, Uni Eropa kini tengah mendanai riset serupa di kalangan anak kecil dan remaja.

Riset ini juga memberi catatan bahwa ponsel-ponsel terbaru memiliki emisi yang relatif lebih rendah. Di samping itu, makin populernya teknologi SMS dan perangkat bebas genggam (hands free) telah banyak menurunkan tingkat radiasi di kepala.

Riset tersebut menelan biaya 19,2 juta euro. Dari angka tersebut, industri telekomunikasi turut menyumbang sekitar 5,5 juta euro.